Analisa yang dapat saya
simpulkan dari debat capres 2014 kedua calon capres sangat amat baik keduanya
mempunyai tujuan yang sama, sama-sama membangun Indonesia yang lebih maju lagi,
dan kedua capres tersebut memiliki perbedaan dalam cara kerjanya membangun
Indonesia.
Dalam segi Pertahanan prabowo emang layak dalam
pertahanan karena dia juga sebagai mantan anggota TNI dia mengerti paham betul
dengan pertahanan, dan dia juga pernah menjadi pelatih anggota militer.
Sedangkan Jokowi, Jokowi dalam segi pertahanan ia memiliki “Revolusi Mental”
yang dimaksud seperti revolusi mental yaitu “Revolusi Mental” ala Joko Wi tidak mencakup penjelasan perihal
eksistensi klas-klas sosial dalam masyrakat. “Revolusi” yang jenis ini tidak
mengemukakan relasi penindasan.
Sehingga dalam “Revolusi Mental”, kaum tani harus tetap optimistik menyaksikan tanahnya diserobot perkebunan besar dan Brimob meletuskan tembakan demi melindungi tuannya.
Pun saat menyimak pernyataan Joyo Winoto (mantan Kepala BPN); 56% asset nasional dikuasai hanya oleh 0,2% penduduk dan dari asset tersebut 87%-nya berupa tanah, kaum tani pun wajib optimis menerima praktek monopoli tanah ini.
Dalam “revolusi” genre ini tiada juga relasi penghisapan, tidak ada nilai lebih. Maka kaum buruh harus terus optimistik dan giat bekerja walau ada kebijakan upah murah, PHK atau outsourcing. Pedagang bermodal cekak juga harus pandai memotivasi diri mereka guna menghadapi hyper market yang terus menjamur dimana-mana.
“Revolusi Mental” juga tidak menyinggung masalah dunia yang didominasi Imperialis, sehingga lahir negeri-negeri semi kolonial layaknya Indoensia. “Revolusi Mental” tak segan memalingkan muka dari skema Neoliberal yang mendikte kehidupan ekonomi negeri ini.
Sehingga “revolusi” ini kiranya juga akan menganjurkan seluruh penduduk negeri untuk haram berfikir pesimistik, biarpun Freeport, Chevron dan korporasi pertambangan Imperialis lainnya, menguras habis kekayaan perut bumi Nusantara.
Dalam “Revolusi Mental” ini pula, walau komersialisasi pendidikan terus saja menggila, anak-anak keluarga melarat wajib sepenuh-penuhnya optimis akan memenuhi bangku-bangku perkuliahan di kampus-kampus besar. “Revolusi Mental” yang baru saja didengungkan itu, bagusnya dilengkapi pula dengan slogan panjang pembakar semangat.
Slogannya bisa berbunyi: “Hancurkan Neo Pesimisme dan Neo Sinisme. Optimis Sampai Mati!”.
Sehingga dalam “Revolusi Mental”, kaum tani harus tetap optimistik menyaksikan tanahnya diserobot perkebunan besar dan Brimob meletuskan tembakan demi melindungi tuannya.
Pun saat menyimak pernyataan Joyo Winoto (mantan Kepala BPN); 56% asset nasional dikuasai hanya oleh 0,2% penduduk dan dari asset tersebut 87%-nya berupa tanah, kaum tani pun wajib optimis menerima praktek monopoli tanah ini.
Dalam “revolusi” genre ini tiada juga relasi penghisapan, tidak ada nilai lebih. Maka kaum buruh harus terus optimistik dan giat bekerja walau ada kebijakan upah murah, PHK atau outsourcing. Pedagang bermodal cekak juga harus pandai memotivasi diri mereka guna menghadapi hyper market yang terus menjamur dimana-mana.
“Revolusi Mental” juga tidak menyinggung masalah dunia yang didominasi Imperialis, sehingga lahir negeri-negeri semi kolonial layaknya Indoensia. “Revolusi Mental” tak segan memalingkan muka dari skema Neoliberal yang mendikte kehidupan ekonomi negeri ini.
Sehingga “revolusi” ini kiranya juga akan menganjurkan seluruh penduduk negeri untuk haram berfikir pesimistik, biarpun Freeport, Chevron dan korporasi pertambangan Imperialis lainnya, menguras habis kekayaan perut bumi Nusantara.
Dalam “Revolusi Mental” ini pula, walau komersialisasi pendidikan terus saja menggila, anak-anak keluarga melarat wajib sepenuh-penuhnya optimis akan memenuhi bangku-bangku perkuliahan di kampus-kampus besar. “Revolusi Mental” yang baru saja didengungkan itu, bagusnya dilengkapi pula dengan slogan panjang pembakar semangat.
Slogannya bisa berbunyi: “Hancurkan Neo Pesimisme dan Neo Sinisme. Optimis Sampai Mati!”.
Dan namun dalam segi ekonomi
Jokowi sangat mengerti betul dalam perkembangan ekonomi karena ia sudah
membuktikan
baik jadi wali kota maupun gubernur seperti e-budgeting, e-procurement,
e-purchasing, e-catalog, e-audit, pajak online, IMB online, cara-cara seperti
itulah yang kita perlukan dan bisa dinasionalkan. Sedangkan probowa hanya ingin
menekankan pangkas anggaran negara bocor 1000 tryliun dan menghapuskan itu dan
itu dibantah oleh kpk kareana kpk tidak pernah tau kebocorann yang dimaksud
prabowo.
Dan dalam ekonomi kreatif, Prabowo menyatakan sependapat dengan Jokowi. Jokowi mengatakan Indonesia mempunyai
kekayaan seni tinggi yang dapat membawa anak-anak muda Indonesia bersaing ke
level mancanegera.
Dan dalam segi hubungan internasional jokowi dan probowo hampir
memiliki tujuan yang sama menjaga hubungan baik dalam hubungan internasional
yaitu memasukan para investor investor asing masuk ke Indonesia agar
perkembangan ekonomi di Indonesia lebih maju seperti pembahasan masalah ekonomi
sebelumnya.